Termasuk keyakinan yang harus diyakini dan diingat oleh setiap muslim bahwa kenikmatan dengan segala jenisnya adalah dari Allah. Allah ta'รขlรข berfirman:
َูู
َุง ุจُِูู
ْ ู
ِْู ِูุนْู
َุฉٍ َูู
َِู ุงَِّููู
"Kenikmatan apa saja yang kalian dapatkan maka asalnya dari Allah" (QS. An Nahl: 53)
Dan termasuk syirik kecil apabila seseorang mendapatkan sebuah kenikmatan dari Allah kemudian menyandarkan kenikmatan tersebut kepada selain Allah, seperti mengatakan: Kalau pilot tidak mahir niscaya kita sudah celaka, kalau tidak ada angsa tersebut niscaya uang kita sudah dicuri, kalau bukan karena dokter tersebut niscaya saya tidak sembuh. Ini semua adalah menyandarkan kenikmatan kepada sebab.
Allah berfirman:
َูุนْุฑَُِููู ِูุนْู
َุฉَ ุงَِّููู ุซُู
َّ ُِْูููุฑََُูููุง
"Mereka mengenal nikmat Allah, kemudian mereka mengingkarinya" (QS. An Nahl: 83)
Seharusnya dia sandarkan kenikmatan tersebut kepada Allah, Dzat yang menciptakan sebab, seperti dengan mengatakan: kalau bukan karena Allah niscaya kita sudah celaka, kalau bukan karena Allah niscaya uang kita sudah hilang, kalau bukan karena Allah niscaya saya tidak sembuh. Karena Allahlah yang memberikan nikmat keselamatan, nikmat keamanan, nikmat kesembuhan. Mahluk hanyalah sebagai alat sampainya kenikmatan tersebut kepada kita. Kalau Allah menghendaki, niscaya Allah tidak akan menggerakkan mahluk-mahluk tersebut untuk menolong kita.
Ini semua bukan berarti seorang muslim tidak boleh berterimakasih kepada orang lain. Seorang muslim diperintah untuk mengucapkan syukur dan terimakasih kepada seseorang yang berbuat baik kepadanya karena mereka menjadi sebab kenikmatan ini. Bahkan diperintah untuk membalas kebaikan tersebut dengan kebaikan, atau dengan doa yang baik. Namun pujian dan penyandaran kenikmatan tetap hanya kepada Allah semata.
0 Response to "HSI 1.24: Menyandarkan Nikmat Kepada Alloh"
Post a Comment